KASUSNYA TAK HEBOH DAN SENYAP, Karena Pelakunya Non Pribumi.
Satu Keluarga Siksa Pembantu dan Merantainya Bersama Anjing
Penyiksaan pembantu rumah tangga oleh majikan
tidak hanya dialami oleh pekerja di luar negeri. Sebuah drama
penyiksaan manusia oleh manusia lain tersimpan erat selama enam bulan di
sebuah perumahan mewah di Surabaya Barat.
Marlena, gadis 17 tahun asal Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban disiksa oleh keluarga majikannya. Kini sang majikan, Tan Fang May (47) alias Cik Fang; Eddi Budianto (50) suami Fang; Ezra Tantoro Suryasaputra (27) anak pertama Fang; dan Rony Agustian Hutri (32) menantu Fang, mendekam di tahanan Polrestabes Surabaya dengan tuduhan bersama-sama menganiaya Marlena. Sedangkan Hosea (anak kedua) dan Lidya (anak ketiga/istri Rony) masih diperiksa sebagai saksi.
Kini, meski berakhir, penyiksaan itu meninggalkan cacat tetap di tubuh Marlena. Luka-luka itu antara lain, luka bakar dan memar. Bahkan kaki kanan Marlena terancam diamputasi karena terjadi penggumpalan darah dan hampir membusuk.
Sudah tiga tahun Marlena bekerja di keluarga yang tinggal di kawasan Darmo Permai Selatan itu. Namun, baru enam bulan terakhir, tepatnya sejak Desember 2010, penyiksaan begitu hebat.
"Korban disiksa secara kejam sejak enam bulan lalu. Kami semua menahan para tersangka yang masih satu keluarga itu," tegas Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Coki Manurung melalui Kasat Reskrim AKBP Anom Wibowo, Minggu (22/5/2011).
Menurut Coki, setiap hari, Marlena menjadi bulan-bulanan Fang dan keluarganya. Anak baru gede itu dihajar, disiram air panas, sampai disekap di kamar mandi. "Dia bahkan disuruh minum air bekas cucian pakaian kotor," imbuh Anom.
Selama itu pula, Marlena dipaksa tidur bersama anjing peliharaan keluarga yang diikat di pekarangan belakang rumah. Layaknya anjing, leher Marlena juga dirantai. Marlena tidur tanpa alas bercampur kotoran dan air kencing anjing. Karena tidur di tempat kotor itu, luka-luka penyiksaan di tubuh Marela pun mengalami infeksi.
Marlena, gadis 17 tahun asal Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban disiksa oleh keluarga majikannya. Kini sang majikan, Tan Fang May (47) alias Cik Fang; Eddi Budianto (50) suami Fang; Ezra Tantoro Suryasaputra (27) anak pertama Fang; dan Rony Agustian Hutri (32) menantu Fang, mendekam di tahanan Polrestabes Surabaya dengan tuduhan bersama-sama menganiaya Marlena. Sedangkan Hosea (anak kedua) dan Lidya (anak ketiga/istri Rony) masih diperiksa sebagai saksi.
Kini, meski berakhir, penyiksaan itu meninggalkan cacat tetap di tubuh Marlena. Luka-luka itu antara lain, luka bakar dan memar. Bahkan kaki kanan Marlena terancam diamputasi karena terjadi penggumpalan darah dan hampir membusuk.
Sudah tiga tahun Marlena bekerja di keluarga yang tinggal di kawasan Darmo Permai Selatan itu. Namun, baru enam bulan terakhir, tepatnya sejak Desember 2010, penyiksaan begitu hebat.
"Korban disiksa secara kejam sejak enam bulan lalu. Kami semua menahan para tersangka yang masih satu keluarga itu," tegas Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Coki Manurung melalui Kasat Reskrim AKBP Anom Wibowo, Minggu (22/5/2011).
Menurut Coki, setiap hari, Marlena menjadi bulan-bulanan Fang dan keluarganya. Anak baru gede itu dihajar, disiram air panas, sampai disekap di kamar mandi. "Dia bahkan disuruh minum air bekas cucian pakaian kotor," imbuh Anom.
Selama itu pula, Marlena dipaksa tidur bersama anjing peliharaan keluarga yang diikat di pekarangan belakang rumah. Layaknya anjing, leher Marlena juga dirantai. Marlena tidur tanpa alas bercampur kotoran dan air kencing anjing. Karena tidur di tempat kotor itu, luka-luka penyiksaan di tubuh Marela pun mengalami infeksi.
Setiap kali Fang kesal dengan Marena, dia selalu menyiksanya. Pada
April lalu, punggung Marlena disiram air panas hingga melepuh. Fang juga
mencubit (maaf) puting payudara dan ketiak Marlena hingga bengkak.
Perlakuan serupa diterima Marlena dari Eddi, Ezra, dan Rony. Bahkan
mereka-lah yang membantu Fang merantai leher Marlena.
Ada satu modus penyiksaan baru yang diketahui polisi. Kaki Marlena dibungkus kaus kaki, lalu direndam dalam air sabun selama beberapa hari di plastik besar. Hasilnya, kaki Marlena melepuh dan pecah-pecah. Meski terasa nyeri, Marlena tidak bisa menggaruk karena bisa-bisa terkelupas. Seolah belum cukup, Marlena disekap di kamar mandi setiap pukul 17.00 hingga 07.00 keesokan harinya, itu pun dengan mulut tersumpal kain.
Puncak penyiksaan yang dialami Marlena terjadi pada 12 Mei lalu, lantaran gadis itu tidak mau mengakui tuduhan mencuri perhiasan senilai Rp 1 miliar. Fang yang dikenal tempramen itu menginjak-injak seluruh tubuh Marlena, mulai dari kepala, badan, hingga kaki. Fang terus-terusan menginjak kaki Marlena hingga mengalami pembekaan hebat.
Aksi itu dilakukan Fang sampai 14 Mei. Marlena sudah menjalani operasi pengangkatan gumpalan darah di kaki kanannya pada 20 Mei lalu.
"Kaki kanan Marlena mengalami pendarahan dalam. Darah beku itu membuat ukuran kakinya berbeda dengan yang kiri. Marlena harus menjalani operasi, jika tidak kakinya akan semakin membesar dan terancam amputasi," ungkap perwira asal Jember itu.
Pada 14 Mei, kekejaman Fang tidak berakhir. Marlena yang sudah tidak bisa berdiri lagi itu, kembali disiksa. Fang mengambil sutil yang baru saja dipakai menggoreng dan disundutkan ke kedua lengan Marlena.
Kasus ini senyap, mungkin tak terberitakan di TV. Karena menyangkut Etnis MINORITAS tertentu di Indonesia.
Sumber: http://googleweblight.com/…
Ada satu modus penyiksaan baru yang diketahui polisi. Kaki Marlena dibungkus kaus kaki, lalu direndam dalam air sabun selama beberapa hari di plastik besar. Hasilnya, kaki Marlena melepuh dan pecah-pecah. Meski terasa nyeri, Marlena tidak bisa menggaruk karena bisa-bisa terkelupas. Seolah belum cukup, Marlena disekap di kamar mandi setiap pukul 17.00 hingga 07.00 keesokan harinya, itu pun dengan mulut tersumpal kain.
Puncak penyiksaan yang dialami Marlena terjadi pada 12 Mei lalu, lantaran gadis itu tidak mau mengakui tuduhan mencuri perhiasan senilai Rp 1 miliar. Fang yang dikenal tempramen itu menginjak-injak seluruh tubuh Marlena, mulai dari kepala, badan, hingga kaki. Fang terus-terusan menginjak kaki Marlena hingga mengalami pembekaan hebat.
Aksi itu dilakukan Fang sampai 14 Mei. Marlena sudah menjalani operasi pengangkatan gumpalan darah di kaki kanannya pada 20 Mei lalu.
"Kaki kanan Marlena mengalami pendarahan dalam. Darah beku itu membuat ukuran kakinya berbeda dengan yang kiri. Marlena harus menjalani operasi, jika tidak kakinya akan semakin membesar dan terancam amputasi," ungkap perwira asal Jember itu.
Pada 14 Mei, kekejaman Fang tidak berakhir. Marlena yang sudah tidak bisa berdiri lagi itu, kembali disiksa. Fang mengambil sutil yang baru saja dipakai menggoreng dan disundutkan ke kedua lengan Marlena.
Kasus ini senyap, mungkin tak terberitakan di TV. Karena menyangkut Etnis MINORITAS tertentu di Indonesia.
Sumber: http://googleweblight.com/…
0 komentar:
Posting Komentar